“Ketik
Aamiin di comment, share dan like agar banyak orang yang mendo’akan bayi ini agar cepat sembuh”
Begitu bunyi
sebuah postingan saat saya membuka akun facebook, diiringi foto seorang bayi
yang cukup tragis keadaannya dikarenakan sebuah penyakit.
Bukan
pertama kali saya menemukan postingan macam ini di beranda akun facebook saya,
kadang-kadang foto seorang kakek, atau para penduduk korban perang di timur
tengah.
![]() |
<a href="https://www.freepik.com/free-photos-vectors/background">Background photo created by freepik - www.freepik.com</a> |
Dari bahasa
yang disampaikan terkesan bahwa postingan tersebut dibuat untuk menggugah hati
dan kepedulian banyak orang, namun apakah ada satu komentar dari ribuan
komentar yang masuk menanyakan alamat sang penderita yang berada di dalam foto
untuk membantunya? Atau bila memang ada yang menanyakan demikian dapatkah sang
pemilik postingan menjawabnya dan ikut turut membantu. Belum tentu foto yang
diposting aktual kejadiannya, foto tersebut bisa saja didapatkan lewat google
dengan informasi yang minim, namun bisa diberi caption apa saja.
Mungkin jawaban
sang pemilik postingan akan seperti “ Setidaknya kita dapat membantu mendo’akan
dan menyebar kepedulian agar orang tahu”, maksudnya dengan mengetik aamiin dan
like akan membantu sang penderita secara masif?
Yang saya
pahami, sebaik-baiknya sebuah do’a dilakukan di saat kau dekat dengan sang
pencipta dalam ibadahmu, tidak mengeraskan suara, dan dilakukan dengan beradab
dan sungguh-sungguh meminta kepada sang khalik, sedangkan terkadang postingan
tersebut mengutuk seseorang yang tidak memberikan like dan comment agar tertular
penyakit berbahaya atau tertimpa hal buruk lainnya.
Tak jarang
untuk menjadikan postingannya viral yang
artinya lebih cepat menyebar, memberikan
impact responsif bagi yang melihatnya, foto yang digunakan memuat sebuah
kondisi yang sangat mengerikan tanpa sensor, walaupun benar adanya seharusnya
foto tersebut tidak diposting bulat-bulat seperti demikian karena kaitannya
dengan khalayak banyak, hal tersebut diatur pula dalam sebuah aturan
jurnalistik, namun kembali lagi mungkin yang membuat postingan memang bukan
dari kalangan jurnalis yang memahami kaidah dan etika dalam membuat artikel
atau pemberitaan, maka dari itu di awal paragraf saya memakai bahasa viral.
Apa
sebenarnya itu viral? Viral secara
bahasa dikaitkan dengan virus, virus adalah sesuatu yang begitu cepat menyebar
bukan? Yang menjadikan viral memiliki
arti menyebar dengan cepat seperti virus. Belakangan ini viral dikaitkan dengan kegiatan pemasaran lewat dunia maya, baik
itu sosial media, aplikasi ataupun blog.
Saat ini sosial media merupakan medium yang sangat viral, entah itu bertujuan
untuk kegiatan promosi suatu produk, kampanye partai politik ataupun tujuan
lainnya yang membuat sebuah pesan dapat tersebar dengan mudahnya, apa itu
dengan kontennya atau cara penyampaiannya. Saya memakai kata viral karena hal ini adalah jelas salah
satu usaha sang pemilik akun untuk mengumpulkan massa pada akun sosial medianya yang entah nantinya digunakan untuk
keperluan komersial atau bisa apapun itu.
Pernah
melihat jumlah like dan comment pada postingan yang saya ceritakan di atas? Postingan
tersebut dapat mencapai puluhan ribu like, ribuan comment dan ratusan share, padahal
fanpage akun tersebut masih kurang
dari 1.000 likers pada awalnya yang
terus tumbuh secara masif hingga akhirnya dapat mencapai puluhan ribu, tak
jarang pula nama-nama akun tersebut mencatut nama seorang selebritis ternama,
seorang pemuka agama ataupun nama dengan sebuah pesan moral atau agama
tertentu. Bayangkan bila anda berbisnis online dan di awal anda mulai memasarkan
produk anda sudah memiliki modal 50.000 orang yang dapat langsung terkoneksi
langsung dengan galeri foto barang dagangan anda di saat online shop yang lain harus mendapatkan satu persatu like dan followers nya dengan susah payah, hanya agar produk mereka dapat
diketahui banyak orang. Atau bayangkan impact
yang didapatkan seorang calon kepala daerah dengan mengambil alih akun
berjumlah puluhan ribu tersebut.
Teknik ini
tak hanya digunakan untuk menyebarkan sebuah informasi dan promosi, tapi juga digunakan
untuk mendapatkan uang di luar produk yang mereka jual (bila online shop), bagaimana caranya? Sadarkah
para pengguna Facebook saat ini bahwa terjadi perubahan besar pada trend
penggunaan Facebook? Mungkin berlaku pada para pengguna Facebook yang sudah
menggunakannya sebelum tahun 2012 termasuk saya, dulu sekitar tahun 2008-2011
saya menggunakan facebook untuk yang populernya disebut dengan update status, menulis pesan di wall sahabat lamamu dan upload foto selfie atau foto liburanmu, setelah periode tersebut
saya mulai sangat jarang membuka facebook sampai setidaknya di tahun 2015 lalu
tanpa saya sadari semakin lama saya semakin sering membuka akun facebook saya
kembali secara rutin dan dengan intensitas lebih tinggi ketimbang saya membuka
twitter, instagram atau path saya. Yak..kecenderungan beranda facebook yang
saya lihat mulai sedikit dihuni para ABG alay
yang curhat masalah cinta monyetnya, sebagai kebalikan saya mendapati
berbagai share tautan dari berbagai
portal berita, situs yang memberikan
soal hobi tertentu, berbagai tips tentang kehidupan, ataupun sekedar gambar dan video lucu yang
menghibur.
Facebook
yang pernah saya tinggalkan sudah rutin saya buka kembali setiap harinya
sekedar mendapatkan berita terbaru atau melihat video-video unik dan lucu, dan
itu semua bisa saya dapatkan dalam satu situs facebook, daripada saya buka
beberapa tab pada browser saya, yang satu membuka portal berita, yang satu
membuka youtube, yang satu surfing di
kaskus lounge, kenapa mesti repot kalau semua hal bisa saya dapatkan di
facebook, toh semua orang share berbagai
macam tautan tersebut.
Nah..dengan begitu mudahnya berbagai tautan diakses
lewat sosial media, hal ini yang menjadikan para startup entrepreneur untuk mencari segenggam berlian disini, bukan
hanya kiasan tapi memang mampu mendapatkan kekayaannya dari membuat situs yang
informatif. Dengan kecenderungan pengguna sosial media terutama facebook yang
kini lebih banyak share tautan dari
sebuah situs, maka situs tersebut akan lebih banyak diakses, dan bila sebuah
situs mulai sering diakses akan menarik para pemilik brand atau usaha untuk mengiklankan produknya dengan memasang
banner promo di situs tersebut dengan harga yang fantastis, bagimana agar situs
lebih banyak di akses? Caranya yaitu tadi membuat berbagai konten yang shareable untuk para netizen, entah itu
konten lucu, informatif atau seperti yang saya ceritakan di awal, negative content yang ceritanya mencoba
membangkitkan kepedulian dengan foto-foto vulgar
yang tragis, yang penting viral, dan
orang tetap masih banyak aja yang share,
like dan comment, entah bagaimana
caranya mereka tetap berpikir bahwa dengan cara tersebut mereka sudah membantu.
Tak hanya
facebook, satu primadona sosial media lainnya saat ini yaitu instagram tak mau
ketinggalan jadi ladang para pengusaha muda khususnya untuk meningkatkan
penjualan berbagai jenis macam dagangan mereka, dari mulai hijab dan sepatu
sampai obat peninggi dan pelangsing badan. Instagram dinilai efektif karena
kebanyakan orang lebih mudah tergoda secara visual dan saat masuk ke dalam
profil instagram kita bagaikan melihat sebuah etalase dengan berbagai macam
produk.
Di Instagram
terdapat berbagai jenis cara untuk memasarkan barang dagangan dan meraih
puluhan ribu followers yang
diharapkan dapat menjadi calon pembeli potensial tentunya dari mulai cara yang
menyebalkan sampai dengan cara yang cukup mahal untuk meraihnya. Dari mulai
akun produk wanita (karena wanita adalah pembeli paling potensial) yang
membujuk dengan template rayuannya
secara sporadis ke berbagai akun “ cek IG kita yuk…banyak barang model terbaru buat
sis yang cantik, pasti cocok dan suka deh”, atau tiba-tiba sebuah akun anonim
muncul di sela-sela ribuan komentar seorang public
figure : “terimakasih mas @artisterkenal sudah merekomendasikan saya untuk
memakai produknya @tripanglotion, benar-benar berhasil deh dan seger ke muka”.
Mungkin cara-cara ini bisa jadi efektif satu dari sekian puluh/sekian ratus
akan mulai mengenali nama akun tersebut dan penasaran untuk membuka profil akun
onlineshop yang kadang ternyata di
gembok juga (nggak ngerti alasan yang mau jualan tapi warungnya tutup, kalau
mau beli dan liat mesti diketuk dulu), nggak ada cara yang lebih elegan? Oh
ada..pasang iklan di akun publik atau endorse
akun yang followersnya banyak, berapa mesti bayar? Setiap akun punya rate yang berbeda yang cukup bisa
membuat pengusaha onlineshop menelan
ludah, terutama bagi yang baru mulai terjun ke dunia bisnis online.
Satu usaha
yang cukup unik sempat dilakukan para pelaku bisnis online sekitaran tahun 2015
lalu, dengan bermunculan akun-akun fake dari sebuah perusahaan atau brand
ternama yang tiba-tiba mengajak untuk memfollow akun tersebut dengan cara
memfollow akun mereka dan me-regram postingan
promo mereka dan menjanjikan akan memberi produk gratis kepada 5.000-20.000 followers pertama, tapi pertanyaannya
benarkah sebuah brand terkenal melakukan hal tersebut agar sekedar mendapat followers ribuan untuk menjual
produknya? Bila benar memang mereka mau membagikan ribuan barang gratis (yang
harganya mahal kalau asli) secara cuma-Cuma? “Tapi ini foto-fotonya beneran ada
dan udah banyak di IG nya” begitu kata teman saya yang tergiur promonya.
Foto-foto kan bisa ambil dari google..terus coba liat postingan pertamanya aja
masih 2 weeks ago padahal merek dunia
ini, “ah biarin deh coba-coba aja toh
ga ada ruginya” balas teman saya. Dalam hati saya sih udah mau bilang “ iya sih
kamu mah ga rugi, ga untung juga, tapi doi menang banyak tuh”, tapi tidak saya
ucapkan biar dia bisa langsung belajar dari pengalaman melihat sendiri ketika
akun tersebut mencapai followers yang
ditargetkan akun tersebut akan berganti nama menjadi onlineshop yg jual barang kw,
pas nyari akunnya di daftar following
udah nggak ada, dan berganti sebuah
nama akun yang sadar-sadar ketika ada postingan dari sebuah akun yang ngerasa
nggak pernah di follow.
Baik atau
buruk cara anda untuk berpromosi atau mengkampanyekan sesuatu di sosial media
tergantung pilihan anda, dan kembali kepada tujuan anda yang misal untuk
berjualan, apakah memang untuk mencapai keuntungan semata kah? Dan apakah cara
itu memang berhasil untuk anda? Bukankah akan lebih berkah usahanya dan
ditambahkan rizkinya saat barang/ konten yang kita sampaikan menjadi manfaat
bagi banyak orang? Barang anda bisa saja sama-sama laku, tapi pilih yang mana?
Dikenal sebagai yang sering menyebarkan kengerian dan menyebalkan atau dikenal
sebagai pemberi kutipan pemberi kedamaian dan informasi yang solutif? Semua
tergantung pada pilihan anda.