![]() |
Suasana di Kampung Korea Bandung menjelang malam hari di Kiara Artha Park |
Kampung
Korea jelas menjadi hal yang paling ditunggu publik, bahkan sejak saat saya
masih bekerja di sebuah media pariwisata beberapa tahun lalu. Entah itu kawan
dekat, ataupun followers social media
dari akun media tersebut, selalu menanyakan hal itu, “min, Kampung Korea teh
ada di mana, udah buka belum?”. Postingan Kang Emil yang saat itu masih menjadi
walikota menjadi pemicunya. Akhirnya Kampung Korea pun baru resmi dibuka bahkan
saat setelah beliau menjabat sebagai Gubernur. Naluri media person yang masih melekat di diri saya kemudian bergejolak,
ketika seorang kawan meng-update existensinya
di tempat ini via whatsapp story, yang
kemudian memicu saya untuk langsung memacu kendaraan ke TKP. Kendati saya bukan
K-Lovers, tapi saya tahu persis, kalau ini akan menjadi vitamin yang bagus
untuk mem-boosting visitor blog ini, hehe. :p
Baca juga: Roadshow Festival of Light di Kiara Artha Park Bandung, Salah Pilih Kota!
Baca juga: Roadshow Festival of Light di Kiara Artha Park Bandung, Salah Pilih Kota!
![]() |
Suasana di Kampung Korea Bandung |
Konsep
Kampung Korea ini sebetulnya sama dengan Chinatown Bandung. Hanya saja, yaa …,
temanya Korea, mulai dari bangunan, souvenir,
photo booth, hingga jajanannya. Walaupun
untuk jajanan, ada juga menu western, dan
hidangan tradisional Indonesia, seperti mie tek-tek. Namun berbeda dengan
Chinatown Bandung yang meluas, area Kampung Korea ini dibuat memanjang ke
samping, dengan sebuah kolam di sisi utara. Selain menjual makanan dan souvenir, ada juga booth komunitas yang membuka obrolan tentang berbagai hal tentang
Korea, termasuk dari segi Bahasa, dan dari segi wisata. Pada masa pembukaannya
ini, masuk ke Kampung Korea tidak berbayar. Entah kalau besok lusa. Tapi
sebetulnya suasananya tidak jauh berbeda dengan yang dihadirkan oleh Chingu Café
jauh-jauh hari sebelumnya.
Di luar
Kampung Korea, sebetulnya Kiara Artha Park ini cukup menarik untuk dijelajahi.
Kampung Korea ini mungkin hanya memakan sekitar 2% luas dari tempat ini. Asal
jangan sampai ada terlalu banyak pedagang liar yang masuk ke dalamnya, apalagi
kalau sampai ada odong-odong ataupun cosplayer.
With all due respect, cukup di Alun-Alun Bandung, dan Alun-Alun Cicendo
saja yang begitu. Sayang soalnya, tempatnya udah keren. Berasa di Merlion Park Singapore
(padahal belum pernah ke sana) lengkap dengan dancing fountain, tapi tanpa patung singanya. Sebagai gantinya,
patung dada Bapak Ali Sastroamidjojo bersama empat sobat founder KAA pun sudah keren, kok. Ditambah sebuah monumen tangan besar
yang sedang menjabat, yang saya rasa sangat menggambarkan goals dari KAA. Cuma tetap saja, sepertinya publik kita tuh memang masih
harus diedukasi soal cara memberlakukan public
monument. Karena saya sendiri menjadi saksi mata dan telinga, bagaimana
para orang tua yang membawa anaknya kemari memperbolehkan membawa anaknya teterekelan ke atas monumen, hanya untuk
berfoto.
![]() |
Suasana sore di Kiara Artha Park |
Hal menarik
lain yang bisa dilakukan pengunjung di sini adalah naik sebuah bus wisata
mengelilingi Kiara Artha Park yang sangat luas. Bus wisata ini bukan “Bandros” yang
biasa dinaiki untuk keliling pusat kota. Rancangannya lebih ramping, dan tak
memiliki pintu dan dinding samping, sehingga wajib hukumnya untuk berhati-hati
saat mengajak anak mengendarai bus yang satu ini. Tapi kurang lebih vibe design-nya masih terasa sama lah
dengan Bandros. Hanya saja saat bus berjalan, ada petugas yang harus nangkel, dan menghalau jalur agar tetap clean dari pengunjung. Rasanya seperti
melihat DAMRI zaman kuliah dulu.
![]() |
Bus wisata di Kiara Artha Park |
Kehadiran Kiara
Artha Park ini tentu merupakan sebuah hal positif bagi warga dan wisatawan Bandung.
Terlebih, area parkirnya pun luas, tidak seperti taman yang sudah-sudah yang
kemudian mendorong keberadaan parkir liar. Saya rasa tempat ini pun bisa
menjadi ‘rumah’ untuk banyak event besar
di Bandung. Namun hal yang perlu diingat, tentu saja soal pengelolaannya.
Jangan sampai seperti public space lainnya
di Bandung yang kemudian toiletnya tidak ada air, monumennya rusak, dan coretan
di mana-mana. Pengunjung, dan pengelola harus sama-sama merawat.
![]() |
Salah satu monumen di Kiara Artha Park |
![]() |
Patung dada Ali Sastroamidjojo |
Kiara Artha
Park
Perempatan Jl. Ibrahim Adjie (Kiara Condong) dan Jl. Terusan Jakarta, Bandung.
Jadwal Dancing Fountain:
Senin-Jumat: 18.30 dan 19.30
Sabtu-Minggu: 18.30, 19.30, dan 20.30
Perempatan Jl. Ibrahim Adjie (Kiara Condong) dan Jl. Terusan Jakarta, Bandung.
Jadwal Dancing Fountain:
Senin-Jumat: 18.30 dan 19.30
Sabtu-Minggu: 18.30, 19.30, dan 20.30
0 komentar:
Posting Komentar